Buku karya mansour fakih ini jika ditilik dari setting waktu penulisannya maka kita dapat melihat bahwa buku ini merupakan hasil pergolakan pemikiran penulis di tengah tengah arus Transisi demokrasi dalam Indonesia pasca tumbangnya rezim orde baru. Sebagaimana diketahui bahwasanya setelah orde baru tumbang yang diiringi dengan terbongkarnya berbagai kebobrokan sistem yang menopang kekuasaan orde baru yang berimplikasi pada kemerosotan pada hampir seluruh sendi kehidupan bernegara dalam konteks politik, budaya, ekonomi maupun sistem keberagamaan yang tercipta. Seperti lazimnya masa masa transisi di berbagai negara yang pernah mengalaminya terdapat suatu pola umum dengan munculnya berbagai sistem sistem alternatif untuk menjawab berbagai kemerosotan yang ada dan sebagai pengganti sistem lama yang terbukti tidak relevan lagi. Berangkat dari sinilah kemudian penulis mencoba melakukan studi komparatif terhadap berbagai gagasan gagasan besar para tokoh untuk kemudian dipelajari kemungkinan kemungkinannya untuk dapat diterapkan dalam upaya membangun kembali peradaban bangsa. Tokoh-tokoh pemikir ataupun pemimpin yang diangkat dalam buku ini bukan `hanya yang dianggap mempunyai gagasan brilian yang mampu diadaptasi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara tapi juga disisipi dengan pemikiran pemikiran tokoh tokoh yang mempunyai andil terhadap timbulnya berbagai bentuk ketimpangan dalam prakek praktek bernegara maupun bermasyarakat, pemaparan ini tentunya bertujuan untuk mengantisipasi tumbuh suburnya sebuah gagasan gagasan alternatif yang dapat mengantar bangsa indonesia untuk melewati masa transisi dengan baik dalam artian terjadi transformasi sitem ke arah yang lebih mumpuni ataupun sebaliknya justru mengantar bangsa ini menganut pahaman yang justru dapat menjerumuskan dalam keterpurukan yang lebih dasyat.
Selain pada studi komparatif tersebut, dalam buku ini juga penulis mengluarkan sebuah manifesto yang dinisbahkannya bagi kalangan kalangan intelektual organik. Intelekual organik dalam konsepsi yang dibangun dalam buku ini juga berangkat dari keprihatinan penulis menyaksikan kiprah golongan yang selama ini dianggap sebagai kaum intelektual tapi tidak mampu menjalankan peran peran inteleksinya yang semestinya mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk dapat mencerdaskan dan mengatasi berbagai persoalan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat luas. Karakter kaum intelektual organik dalam manifestonya adalah cerdas, santun, radikal dan kritis dengan ciri umum sebagai berikut :
- memahami berbagai realitas sosial yang kemudian memberikan gagasan gagasan ransformatif untuk keluar dari masalah ersebut
- jauh dari corak strukturalis dan kaku.
- Dinmis dan membaur dengan masyarakat tanpa merasa adanya perbedaan kelas
- Melihat masyarakat luas sebagai subject
- Berorientasi pada humanisasi
- Memiliki counter hegemoni terhadap wacana dominan yang menindas dan mempunyai perangkat perangkat metodologis untuk melakukan perlawanan.
- Ikut menciptakan sejarah dengan membangun gerakan pemikiran dan kesadaran kritis untuk memberi makna masa depan.
Agenda Gerakan Sosial ;
- Objektifis positivistik ; bebas nilai
- Subjekif humanis ; keberpihakan pada masyarakat tertindas/humanisasi
Analisis Tentang Perubahan Sosial ;
- Modernisasi ; merupakan paradigma sosial positivisme, dengan memandang persoalan kemiskinan sebagai persoalan kultural
- Teori Sosial Kritik, yang berorientasi pada pemberdayaan dan pembebasan (emansipatoris)
Beberapa catatan tentang aliran pemikiran :
- Fasisme ; Paham sektarian sebagai reaksi lemahnya kedudukan kelompok dalam sebuah percaturan ekonomi politik global
- Anarkisme ; pahan yang sepenuhnya bertumpu pada kebebasan individu dengan prinsip bahwasanya manusia secara otonom mampu hidup secara harmoni dan bebas tanpa intervensi kekuasaan, yang demikian menegasikan hak hak negara yang dianggap mengkebiri hak manusia. Paham ini menolak otorias politik

PEMIKIRAN OKOH

1. Karl Marx

• Teori Kelas
o Kelas sebagai stratifikasi berdasarkan kepemilikan harta
o Kelas sebagai proses dalam masyarakat dengan kualifikasi :
 Proses kelas utama ; hubungan antara penghasil nilai lebih dan pengambil nilai lebih
 Proses yang menghubungkannya, yaitu kelas menengah
Filosofi Gagasan : Dialekika Maerialisme Hisoris.
- Nilai tukar suatu komoditi ditentukan oleh seberapa besar tenaga buruh yang digunakan dalam proses produksi
o Teori surplus value ; diambil dari buruh oleh kapitalis dan disinalah letak eksploitasinya.

2. Paolo Freire (Pendidikan humanis transformatif)

Kritik terhadap pendidikan liberal digunakan freire dengan melihat proses pendidikan sebagai dehumanisasi karena sifatnya yang satu arah sehingga tidak membangkitkan kesadaran kritis peserta didik, dimana dalam prosesnya, seorang pendidik sebagai subjek kebenaran dan murid secara absolut menerima apa yang disampaikan oleh guru sebagai sebuah kebenaran tanpa adanya ruang untuk secara kritis mempertanyakan keabsahannya. Dengan model seperti ini dan dengan jargon bebas nilai maka pendidikan dan lembaga pendidikan sangat rentan untuk dijadikan instrumen hegemoni penguasa terhadap rakyatnta. Hal ini pula akan berimplikasi pada pemasungan nalar dan penyempitan dimensi pandang manusia. Yang pada akhirnya melahirkan generasi generasi kerdil yang menjadi penindas penindas baru.
Kelemahan : masih minim referensi pada tataran metodologis

3. Gramsci (Intelektual organik dan hegemoni kultural).

Gramsci sebagai tokoh sosialis yang menghabiskan separo sisa hidupnya dalam penjara rezim fasis mussolini melahirkan gagasan baru yang sangat kritis sebagai hasil dari pembacaannya terhadap fenomena menguatnya legitimasi publik terhadap pemerintahan fasis mussolini. Teori ini kemudian dikenal dengan hegemoni kultural, dimana teori ini pada prinsipnya membongkar fenomena penghambaan manusia terhadap manusia akibat penguasaan paradigma atau alur berfikir seseorang. Teori ini juga lahir sebagai counter terhadap pendekatan yang sangat positivistik di kalangan marxisme yang berakibat pada terjadinya reduksi atau penyempitan variabel perubahan sosial hanya pada persoalan ekonomi, tanpa memikirkan sebuah metode pendidikan yang melahirkan kader kritis dan tidak mudah terhegemoni.
Intelektual organik dalam rumusan gramsci adalah intelek yamg mampu memperjuangkan kepentingan rakyat dengan mendorong transformasi sosial ke arah yang berkeadilan.

4. Muammar Kadafi (Sosialisme Islam)

Konsepsi yang dibangun oleh kadafi tentang sosialisme islam merupakan hasil interpretasi terhadap sejarah dan teologi islam secara sosialistik. Dalam pahamannya, islam merupakan rahmatan lilalamin yang memperjuangkan terbangunnya sebuah tatanan sosial yang memberi manfaat pada segenap alam tanpa adanya penempatan secara ekslusif bagi golongan islam. Pandangan ekonomi politik dalam konsepsi ini memeperegas keberpihakannya kepada golongan masyarakat tertindas atau kaum miskin yang tercerminkan dari pola kebijakan ekonomi politik yang mengharuskan terjadinya penghematan dan pengorbanan dari golongan masyarakat kaya atau sejahtera demi perbaikan nasib kalangan masyarakat miskin.
Dalam konsepsinya pula ditegaskan bahwa agama merupakan urusan personal seorang hamba dengan Allah Swt, sedangkan urusan yang berkaitan dengan masalah publik dan masalah kenegaraan ditegakkan atas dasar sosialisme secara umum, dan hal ini dianggap sesuai dengan tafsiran ajaran islam dan contoh yang pernah dijalankan oleh Rasulullah Saw dalam kepemimpinannya.

5. Foucault (Posmodernisme dan Relasi Kuasa di Balik Wacana)

Jika karl marx merupakan tokoh penggagas paling berjasa dalam membongkar praktek eksploitasi kapitalis terhadap buruh dalam hubungannya dalam proses produksi komoditi, maka foucault dianggap sebagai tokoh yang berhasil membongkar praktek dominasi seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain dengan instrumen wacana, atau penguasaan seseorang dengan cara membangun preposisi preposisi sosial yang kemudian dapat diterima oleh banyak orang yang kemudian dapat memuluskan kepentingan si pembuat wacana. Adapun mengenai konsep postmodernisme merupakan suartu konsepsi yang dianggap sebagai antitesa ataupun counter wacana terhadap arus modernisasi yang melanda peradaban manusia dua abad terakhir.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terimaksih telah mengulas buku INSISTPress. Link rehal buku ikut dilansirkan di: http://blog.insist.or.id/insistpress/?p=2913

Unknown mengatakan...

Rehal artikel ditaut-link-an di http://insistpress.com/katalog/jalan-lain-manifesto-intelektual-organik/

Posting Komentar